Apa Saja Yang Menjadi Parameter Atau Indikator Penilaian Risiko Inheren Operasional

Risiko inheren operasional adalah risiko yang timbul dari kegiatan operasional suatu organisasi atau perusahaan, tanpa memperhitungkan pengendalian internal atau mitigasi yang ada. Risiko inheren operasional dapat berdampak negatif pada kinerja, reputasi, keuangan, atau kepatuhan organisasi atau perusahaan.

Untuk mengukur dan mengelola risiko inheren operasional, perlu dilakukan penilaian risiko inheren operasional. Penilaian risiko inheren operasional adalah proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi risiko inheren operasional yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan.

Penilaian risiko inheren operasional dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai parameter atau indikator yang relevan dengan karakteristik dan konteks organisasi atau perusahaan. Parameter atau indikator penilaian risiko inheren operasional dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif, tergantung pada sumber data, metode pengukuran, dan tingkat akurasi yang diinginkan.

Beberapa contoh parameter atau indikator penilaian risiko inheren operasional adalah sebagai berikut:

  • Frekuensi dan volume transaksi. Parameter ini mengukur seberapa sering dan seberapa besar transaksi yang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi frekuensi dan volume transaksi, semakin tinggi pula potensi terjadinya kesalahan, penipuan, kerugian, atau pelanggaran.
  • Kompleksitas produk, proses, atau sistem. Parameter ini mengukur seberapa rumit produk, proses, atau sistem yang digunakan oleh organisasi atau perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Semakin kompleks produk, proses, atau sistem, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya kegagalan, ketidaksesuaian, ketidakefisienan, atau ketidakamanan.
  • Perubahan lingkungan internal atau eksternal. Parameter ini mengukur seberapa besar dampak perubahan lingkungan internal atau eksternal terhadap kegiatan operasional organisasi atau perusahaan. Perubahan lingkungan internal dapat berupa perubahan struktur organisasi, sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan, atau regulasi internal. Perubahan lingkungan eksternal dapat berupa perubahan pasar, pelanggan, pesaing, pemasok, regulator, atau kondisi sosial politik. Semakin besar dampak perubahan lingkungan internal atau eksternal, semakin tinggi pula risiko inheren operasional yang ditimbulkan.
  • Ketergantungan pada pihak ketiga. Parameter ini mengukur seberapa besar ketergantungan organisasi atau perusahaan pada pihak ketiga dalam kegiatan operasionalnya. Pihak ketiga dapat berupa mitra kerjasama, vendor, penyedia jasa, konsultan, auditor, atau agen. Semakin besar ketergantungan pada pihak ketiga, semakin tinggi pula risiko inheren operasional yang berkaitan dengan kualitas, integritas, reliabilitas, atau kepatuhan pihak ketiga tersebut.
  • Sumber daya manusia. Parameter ini mengukur seberapa memadai sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Sumber daya manusia meliputi jumlah, kompetensi, motivasi, loyalitas, integritas, dan kesejahteraan karyawan. Semakin memadai sumber daya manusia, semakin rendah pula risiko inheren operasional yang berkaitan dengan kesalahan manusia, penurunan produktivitas, rotasi karyawan, atau perilaku tidak etis.

Parameter atau indikator penilaian risiko inheren operasional di atas hanyalah sebagian dari banyaknya parameter atau indikator yang dapat digunakan. Setiap organisasi atau perusahaan dapat menentukan parameter atau indikator yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya. Yang penting adalah parameter atau indikator tersebut harus dapat merefleksikan tingkat risiko inheren operasional yang sebenarnya dan memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.

Tinggalkan komentar