Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang paling mendesak di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada September 2020, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 26,42 juta orang, atau 9,78 persen dari total penduduk. Angka ini meningkat 2,76 juta orang dibandingkan dengan Maret 2020, yang dipengaruhi oleh dampak pandemi Covid-19.
Kemiskinan bukan hanya masalah kekurangan pendapatan atau konsumsi, tetapi juga masalah ketidakberdayaan, ketidakadilan, dan keterbatasan akses terhadap sumber daya dan layanan dasar. Kemiskinan juga berdampak negatif terhadap masalah sosial lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan stunting. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana kemiskinan di Indonesia menyebabkan efek domino terhadap masalah-masalah tersebut.
Kemiskinan dan Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi kemiskinan. Namun, di Indonesia, masih banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat menikmati hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Menurut data Unicef, pada tahun 2019, sekitar 2 juta anak usia sekolah dasar dan menengah tidak terdaftar di sekolah. Alasan utama mereka tidak bersekolah adalah karena faktor ekonomi.
Anak-anak dari keluarga miskin seringkali harus membantu orang tua mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau tidak mampu membayar biaya sekolah dan perlengkapan lainnya. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan mereka. Hal ini juga menyebabkan tingginya angka putus sekolah dan rendahnya tingkat melek huruf di Indonesia.
Kemiskinan dan Kesehatan
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang harus dijamin oleh negara. Namun, di Indonesia, masih banyak penduduk miskin yang tidak dapat mengakses layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2018, sekitar 30 persen penduduk Indonesia tidak memiliki jaminan kesehatan. Alasan utama mereka tidak memiliki jaminan kesehatan adalah karena faktor ekonomi.
Penduduk miskin seringkali menghadapi kesulitan untuk membayar biaya pengobatan, transportasi, dan akomodasi saat sakit. Mereka juga rentan terhadap penyakit menular dan kronis akibat kurangnya sanitasi, gizi, dan imunisasi. Hal ini juga berpengaruh terhadap produktivitas dan kesejahteraan mereka. Selain itu, pandemi Covid-19 juga menambah beban bagi penduduk miskin yang harus beradaptasi dengan protokol kesehatan dan dampak ekonominya.
Kemiskinan dan Stunting
Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik dan mental anak terhambat akibat kurangnya asupan gizi sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Stunting adalah salah satu indikator kemiskinan multidimensi yang menunjukkan tingkat kemunduran pembangunan manusia. Menurut data BPS, pada tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen dari total anak usia di bawah lima tahun.
Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kemiskinan. Anak-anak dari keluarga miskin seringkali tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang, baik dari ibu hamil maupun setelah lahir. Mereka juga kurang mendapatkan stimulasi psikososial yang dibutuhkan untuk perkembangan otak mereka. Akibatnya, mereka mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan mental, yang berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan produktivitas mereka di masa depan.
Kesimpulan
Kemiskinan di Indonesia adalah masalah sosial yang kompleks dan multidimensi. Kemiskinan tidak hanya berdampak pada kehidupan individu, tetapi juga pada masalah sosial lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, dan stunting. Kemiskinan menyebabkan efek domino yang menghambat pembangunan manusia dan kemajuan bangsa. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengatasi kemiskinan dan dampaknya secara holistik dan berkelanjutan.